Dahulu kala, disebuah tempat di negri Melayu, hiduplah seorang perempuan tua. Perempuan ini begitu tua dan miskin. Begitu miskinnya, sehingga ia hanya memiliki satu pakaian yang sudah compang-camping untuk menutupi tubuhnya yang lemah dan sangat kurus. Karena begitu lemahnya perempuan tua itu, tidak pernah ada orang yang menerimanya untuk bekerja sebagai buruh penuai padi. Untuk mempertahankan hidupnya, terpaksa sang nenek harus pergi mencari makan setiap hari. Bila ia beruntung, ia akan mendapatkan sedikit makanan untuk hari itu, namun sering juga beliau tidak berhasil menemui makanan sampai dua atau tiga hari lamanya. Sewaktu-waktu, sang nenek berhasil mengumpulkan semua tenaganya yang tersisa, dan mampu mengumpulkan sedikit bambu untuk dijual di pasar serta ditukarkan dengan sejumput makanan.
Nenek itu sendirian tinggal di sebuah gubuk reot yang selalu bocor dan hampir rubuh.
Yang tidak umum dari perilaku perempuan ini adalah bahwa ia tidak pernah mendengar dan mengenal Tuhan. Padahal di negri itu Tuhan disebut “Allah”. Tapi sang nenek tidak pernah tahu, dan karena tidak tahu apa yang harus dipikirkan, maka sang nenek berpikir kalau alam semesta ini mustinya telah tercipta dengan sendirinya saja.
Suatu hari, sang nenek sudah begitu putus asa. Ia tidak punya apa-apa untuk dimakan selama beberapa hari itu. Ditengah keputusasaannya, dia meratap: “Ah..betapa kejamnya hidup ini..bisa matilah saya kalau begini..”
Ditengah kelaraannya, sang nenek pergi ke hutan untuk mencari dedaunan demi menganjal perutnya yang tengah kesakitan karena kelaparan. Lambat sekali nenek berjalan, terlebih lagi jalannya menanjak.
Dari kejauhan sang nenek melihat sebuah sungai yang sangat kering, begitu keringnya sehingga ikan-ikan yang ada menggelepar-gelepar begitu saja di permukaan lumpur sungai yang kering.
Selengkapnya