Abu Bakar berkata “Tunjuklah Al-Qa’qa’ bin Ma’bad bin Zararah agar menjadi pemimpin rombongan”
Sementara Umar bin Al-Khaththab mengusulkan agar yang menjadi pemimpin rombongan adalah Al-Aqra’ bin Habis.
Abu Bakar berkata, “Rupanya engkau tidak menginginkan kecuali berbeda pendapat denganku”
Umar tidak mau kalah, dengan berkata, “Aku tidak bermaksud untuk berbeda pendapat denganmu”
Keduanya saling berdebat hingga suara mereka semakin meninggi dan keras.
Karena itu turun ayat,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ
Mengapa demikian ?
أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ
Maha Suci Allah, ini merupakan masalah yang tidak mendapatkan perhatian yang memada dari banyak orang,
Lalu siapa yang diancam dalam ayat ini ?. apakah yang dimaksud adalah Abu Bakar dan Umar bin Al-Khaththab ? padahal Rasulullah shallallahuu ‘alaihi wasallam pernah bersabda tentang Abu Bakar, ”Sekiranya aku boleh mengambil kesayangan dari ummatku, tentu akan aku ambil Abu Bakar [sebagai kesayanganku]” [Bukhari dan Muslim].
Sementara tentang Umar bin Al-Khaththab beliau juga pernah bersabda, “demi Dzat yang jiwaku ada di Tangan-Nya, sekali-kali Staithan tidak bertemu denganmu sedang melewati suatu jalan, melainkan syaithan tersebut akan melewati jalan yang lain selain jalanmu” [Bukhari dan Muslim]
Namun keduanya bertaubat, kembali kepada Allah, memohon ampun, dan bahkan salah seorang diantara keduanya bersumpah untuk tidak berbicara dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melainkan seperti secara berbisik-bisik.
Dari sinilah turun ayat berikutnya,
أُولَئِكَ الَّذِينَ امْتَحَنَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ لِلتَّقْوَى
Setelah mendengar teguran itu Abu Bakar berkata, “Ya Rasul Allah, demi Allah, sejak sekarang aku tidak akan berbicara denganmu kecuali seperti seorang saudara yang membisikkan rahasia.” Umar juga berbicara kepada Nabi dengan suara yang lembut. Bahkan konon kabarnya setelah peristiwa itu Umar banyak sekali bersedekah, karena takut amal yang lalu telah terhapus. Para sahabat Nabi takut akan terhapus amal mereka karena melanggar etiket berhadapan dengan Nabi.
Catatan kecil :
* Salah satu adab kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah tidak mengeraskan suara kepada Beliau, hal ini dapat menghapus pahala amalan kita.
Memang Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam sudah tidak berada di tengah kita lagi, tetapi alangkah baiknya adab yang santun ini kita jadikan akhlaq kita saat berbicara, terutama kepada orang2 yang patut kita hormati, yaitu orang tua, saudara yg lebih tua, guru, dsb..
* Setiap jiwa akan pernah khilaf, karena terkadang ini ujian dari Allah.
Yang terpenting adalah bertaubat, memperbaiki, tidak mengulangnya.. inilah contoh dari kaum terdahulu (salaf)
* Hendaknya selalu berhukum kepada Allah dan Rasul-Nya.
Agama ini telah sempurna, maka bila menemui permasalahan kembalikan kepada Quran Hadist, dan tanyakan kepada orang yang berilmu..
Demikian monggo..
yup.. klo yg lbh mengacu ke kehidupan sehari2 gmn mas bro..
oke, tunggu aja mas bro.. 🙂
Bismillah…
Ana suka materinya,,
Syukron ilmunya,, akhi…
semoga bermanfaat dan kita semakin santun dalam berbicara..
salam ukhuwwah.. 🙂