Kabar duka terdengar sore ini dari seorang kerabat penulis. Teman beliau barusan kehilangan putranya yang masih remaja saat hendak berangkat turing karena mengalami kecelakaan. Dia bersama perkumpulan Vixion dari Gresik berencana menluncur ke Magetan. Saking parahnya benturan, ia meninggal di tempat kejadian. Innalillahi..
Ceritanya siang itu sehabis futsal dia ditunggu teman-teman di lamongan untuk kemudian bertolak bareng ke kaki gunung Lawu. Entah karena masih penat atau terburu ingin segera kumpul, ia kurang fokus memacu kendaraannya. Berniat hendak menyalip sebuah bis, almarhum nggak menyadari didepan tikungan ada bus lain melaju kencang dari arah berlawanan. Brakkk..tabrakan tak terhindarkan.
Umur manusia sudah digariskan. Namun mungkin hal naas tersebut bisa dihindari bila lebih tenang, tak terburu, atau fisik masih prima. Wallahu alam.
Yang sudah terjadi, terjadilah. Bagi kita yang ditinggalkan, di masa mendatang sepatutnya lebih berhati-hati
innalillaahi wainnailaihi rojiun….
sebuah pembelajaran untuk sabar…. jika ingin mendahului
yup bener banget mas
innalillaahi wainnailaihi rojiun…
di mana-mana, tikungan itu tempat terlarang untuk mendahului..
semoga jadi pembelajaran untuk kita semua..
pikir seribu kali.. 🙂