Jadi Pemimpin harus amanah..

Ali Radiallahu anhu berkata,” Saya melihat Umar mengangkat pelana di atas punggungnya. Beliau membawa pelana tersebut ke puncak gunung. Saya bertanya, ” Wahai amirul mukminin, hendak kemanakah engkau melangkah?
Beliau menjawab, “Saya akan menangkap seekor unta yang lari. Unta itu telah disedekahkan kepada seseorang.”
Maka saya berkata kepadanya, ” Engkau telah merendahkan derajat khalifah sesudahmu.
Beliau berkata, “Jangan mengejekku wahai Abu al-Hasan. Demi Dzat yang mengutus Muhammad dengan benar, jika ada seekor unta yang tenggelam di sungai Eufrat, sungguh Umar akan dimintai pertanggungjawabannya di hari kiamat.
Ketahuilah tidak ada kehormatan sedikitpun bagi penguasa yang menyia-nyiakan kaum muslim dan tidak ada kehormatan bagi orang fasik yang menganiaya kaum mukmin.

hikmah kisah :
sekali lagi Umar radiallahu anhu memberi kita tauladan bahwa kepemimpinan pasti akan dimintai pertanggungjawaban.. oleh karenanya menjadi pemimpin harus lah amanah, meski terkadang harus bermandi keringat..

Dan khalifah Umar pun bergantian naik unta dengan pengawalnya..

Dikisahkan bahwa ketika Umar bin Khattab radiallahu anhu datang ke Syam, ia dan pengawalnya bergantian naik unta. Jika umar naik, maka pengawalnya yang memegang tali kekang unta itu. Ia berjalan sekitar 8 kilometer.

Lalu umar turun, giliran pengawalnya yang naik di atas unta. Maka Umar memegang tali kekang unta tersebut dan berjalan 8 kilometer.Tiba-tiba di tengah jalan Umar melihat air, maka belia pun mulai meneguk air itu sambil memegang tali kekang unta. Kemudian gubernur Syam saat itu, Sa’id ibn Syaddad muncul.
Ia berkata, “Wahai amirul mukminin, apa yang kau lakukan. Tidak baik bagimu, jika rakyat melihatmu dengan keadaan seperti ini.”

Umar menjawab,” Dengan islam, aku tidak akan memedulikan ocehan orang lain.

catatan kecil :
Khalifah Umar termasuk pemimpin islam ‘eksentrik’ yang menjadi suri tauladan karena ketegasan, keadilan, serta akhlaqnya. Dalam kisah ini beliau bersedia bergantian naik unta demi kemanusiaan, sekaligus tidak merasa takut hal tersebut mengurangi nama baiknya..
Sebuah  akhlaq yang luar biasa, yang menjadikan setan takut kepada beliau. Pantaslah jika suatu ketika Rasulullah pernah bersabda : “kalau saja ada Nabi lagi sesudahku, itu pastilah Umar…”

Patut dijadikan contoh kepemimpinan di masa sekarang..

Khalifah Umar mengangkut air untuk memerangi kesombongan diri..

Urwah bin Zubair mengatakan, ” Saya pernah melihat khalifah Umar bin Khattab radiallahu anhu sedang memanggul air. Diatas pundaknya terdapat girbah (tempat air dari kulit).
Saya mengatakan,’ Wahai Amirul Mukminin, tidak seharusnya tuan berbuat seperti ini.

Dia menjawab, ‘Ketika para utusan (delegasi dari negeri lain) datang kepadaku, mereka mendengarkan dan tunduk kepadaku, sehingga kesombongan terkadang muncul dari dalam diriku. Oleh karena itu aku harus menghilangkannya.

Kemudian dia melanjutkan pekerjaannya dan membawa tempat  air itu ke ruang dapur seorang wanita dari golongan Anshar dan menuangkan kedalam wadahnya sampai penuh.”

Hikmah kisah :

Melalui cerita singkat diatas, dapat kita ambil pelajaran mengenai  Tawadhu’ (rendah hati).
Khalifah Umar takut kesombongan menguasai dirinya, dan beliau pun berupaya memeranginya meski dengan mengangkut air untuk orang lain, padahal beliau adalah seorang kepala negara.

Penting bagi kita untuk selalu berupaya rendah hati dan tak membiarkan dikuasai kesombongan.. Hanya Allah saja yang pantas memiliki semua sifat yang maha tinggi..
semoga bermanfaat.
(gianluigimario)

Nasihat Rasul kepada Muadz bin Jabal..

Rasulullah SAW pernah memberikan tiga buah nasehat kepada kedua sehabatnya Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman bin Jabal:

“Bertakwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada, dan ikutilah kesalahanmu dengan kebaikan niscaya ia dapat menghapuskannya. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak terpuji.”
HR. Tirmidzi

Tiga pesan Rasulullah SAW tersebut layak untuk kita perhatikan karena sangat berkaitan erat dengan kehidupan kita sehari-hari.
1. takwa dimanapun kita berada
2. mengikuti kesalahan dengan amal shalih
3. Bergaul dengan akhlaq yang baik

Jadi dimanapun dan kapanpun kita harus menjaga ketaqwaan kita. Taqwa dimana saja memang sulit untuk dilakukan dan harus usaha yang dilakukan harus ekstra keras. Akan sangat mudah ketaqwaan itu diraih ketika kita bersama orang lain, tetapi bila tidak ada orang lain maka maksiyat dapat dilaksanakan. Sebagai contoh, ketika kita berkumpul di dalam suatu majelis zikir, pikiran dan pandangan kita akan terjaga dengan baik. Tetapi ketika kita berjalan sendirian di suatu tempat perbelanjaan, maka pikiran dan pandangan kita bisa tidak terjaga. Untuk menjaga ketaqwaan kita dimanapun saja, maka perlunya kita menyadari akan pengawasan Allah SWT baik secara langsung maupun melalui malaikat-Nya.

Setiap orang selalu melakukan kesalahan. Hari ini mungkin kita sudah melakukan kesalahan baik yang kita sadari maupun yang tidak kita sadari. Oleh sebab itu, segera setelah kita melaksanakan kesalahan, lakukan kebaikan. Kebaikan tersebut dapat menghapuskan kesalahan yang telah dilakukan.

Akhlaq terpuji adalah keharusan dari setiap muslim. Tidak memiliki akhlaq tersebut akan dapat mendekatkan seseorang dalam siksaan api neraka. Dari beberapa jenis akhlaq kita terhadap orang lain, yang perlu diperhatikan adalah akhlaq terhadap tetangga.

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka jangan menyakiti tetangganya.” (HR. Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah)

Dari Abu Syuraih ra, bahwa Nabi Muhammad saw bersabda: “Demi Allah seseorang tidak beriman, Demi Allah seseorang tidak beriman, Demi Allah seseorang tidak beriman.” Ada yang bertanya: “Siapa itu Ya Rasulullah?” Jawab Nabi: “Yaitu orang yang tetangganya tidak aman dari gangguannya.” (HR. Bukhari)

Semoga bermanfaat..

Mensyukuri yang sedikit itu lebih bagus..

Tsa’labah bin Hathib Al-Anshory telah datang kepada Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- seraya berkata, “Wahai Rasulullah, berdo’alah kepada Allah agar Dia memberikan aku harta.”

Maka beliau bersabda, “Celaka engkau, hai Tsa’labah. Harta yang sedikit tapi engkau syukuri lebih baik dibandingkan harta yang banyak tapi engkau tak mampu syukuri”… (sebuah hadis panjang riwayat Thabrani, baihaqi dan lainya)

Renungan :
Rasulullah berpesan kepada kita untuk senantiasa bersyukur, walau nikmat yg kita miliki masih sedikit.

Hal ini karena beliau faham, ada manusia yang bila diamanahi harta yang banyak maka ia akan lalai, tamak dan lupa bersyukur.. Maka beliau mengingatkan petuah ini.

Bila memang kita orang yg mampu mensyukuri dg beramal, bersedekah, membelanjakan untuk jihad dan sebagainya, maka harta yg banyak itu akan menjadi ladang amal yg besar untuk kehidupan akhirat nanti. Namun jika kita susah untuk itu, bersyukur atas Harta yang sedikit adalah lebih baik.

Semoga bermanfaat… (gianluigimario)

Fakir dan kaya itu kendaraan..

Ibnu Mas’ud radiallahu anhu menasihati “Kefakiran dan kekayaan hanyalah sebuah kendaraan. Aku tak mau peduli mana yang akan aku naiki. Kalau aku fakir, maka aku dituntut bersabar. Dan, kalau aku kaya, maka aku harus berkorban “.  

Catatan kecil penulis :
Kisah sahabat ini memberikan sebuah pelajaran tentang Usaha dan penerimaan.
Kita berupaya mencari rezeki, kemudian :
– bila Allah menguji dg fakir atau rizki yang sedikit, kita sabar
– jika Dia menguji dengan harta yang banyak, kita mau berinfak dan bersyukur.

Singkatnya bila kita sudah bekerja keras, maka selayaknya kita menyempurnakannya sebagai IBADAH, dengan bersabar dan bersyukur..

Sudahkah kita melatih niat seperti itu? monggo… (gianluigimario)

 

Mendoakan penganiaya untuk masuk surga..

Ketika sedang berjalan, Ibrahim bin Adham bertemu dengan seorang lelaki yang tidak dikenalnya. Lelaki itu bertanya kepadanya letak perkampungan terdekat. Ibrahim segera saja mengarahkan jari telunjuknya ke pemakaman yang ada di dekat situ sambil berkata, “Itulah perkampungan yang sebenarnya, sebuah perkampungan hakiki”.

Lelaki itu mundur sedikit lalu dengan perasaan kurang senang berkata, “Aku menanyakan letak perkampungan, mengapa kamu menunjukkan pekuburan kepadaku? Apa kamu hendak mengolok-olok aku?”.

Dengan penuh kemarahan, lelaki itu memukul kepala Ibrahim dengan tongkatnya sehingga darah bercucuran dari kepala Ibrahim.

“Pukullah kepala yang telah lama berbuat dosa kepada Allah ini”, kata Ibrahim bin Adham sambil berusaha menghentikan aliran darah dari kepalanya.

Lelaki itu kemudian pergi. Kejadian ini di ketahui oleh orang yang kebetulan berada tidak jauh dari tempat itu. Ia lalu menghampiri pendatang tadi dan berkata, “Hai lelaki, tahukah kamu maksiat yang telah kamu lakukan hari ini? Kamu baru saja memukul kepala orang yang paling banyak beribadah di zamannya. Kamu baru saja memukul Ibrahim bin Adham, seorang zahid yang terkenal”.

Mendengar ini, lelaki itu segera kembali mendatangi Ibrahim lalu meminta maaf. “Aku telah memaafkanmu dan mendoakanmu masuk surga”, kata Ibrahim.

“Bagaimana mungkin?”, seru lelaki itu dengan perasaan lega bercampur heran.

“Karena, ketika kamu memukul kepalaku, aku bersabar, dan balasan bagi orang yang sabar tidak lain adalah surga. Jadi, tidaklah pantas jika aku masuk surga karena kamu, tetapi kemudian aku mendoakanmu masuk neraka. Ini juga bukanlah sikap yang bijaksana“, jelas Ibrahim bin Adham

Pelajaran singkat :

Bersabar adalah perkara yang berat, maka ganjarannya pun amat besar di sisi Allah.Bila kita bersabar, jangan merusak pahala kesabaran itu dengan mendoakan keburukan untuk orang lain, namun sebaliknya maafkan dan doakan kebaikan untuknya..

Nabi Shalallahu alaihi wasallam pun mencontohkan demikian, yakni ketika kaki beliau berdarah dilempari batu di Thaif, malaikat Jibril hendak menghukum mereka, namun Beliau malah mendoakan agar mereka mendapat hidayah..

Demikian renungan malam hari ini, semoga bermanfaat.. (gianluigimario)

Nasihat Rasul untuk Abu Dzar al- Ghifari..

Diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari dan Muslim dalam Shahih mereka berdua, dari Abu Dzar al- Ghifari radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Ketika aku berjalan bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di jalan kota Madinah menuju Uhud beliau bersabda, “Wahai Abu Dzar!”

“Labbaika, ya Rasulullah.” Jawabku.

Nabi bersabda, “Aku tidak senang sekiranya aku memiliki emas sebesar gunung Uhud lalu setelah tiga hari masih tertinggal satu dinar padaku selain untuk membayar hutang. Aku pasti membagi-bagikannya kepada hamba-hamba Allah seperti ini.”  Beliau membentangkan tangannya ke kanan dan ke kiri, kemudian ke belakang. Kemudian beliau berjalan dan bersabda, “Ingatlah, orang yang banyak harta itu yang paling sedikit pahalanya di akhirat, kecuali yang menyedekahkan hartanya ke kanan, ke kiri, ke muka, dan ke belakang. Tapi sedikit sekali orang berharta yang mau seperti ini.”

Kemudian beliau berpesan kepadaku, “Tetaplah di tempatmu, jangan pergi kemana-mana hingga aku kembali.”

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pergi di kegelapan malam hingga lenyap dari pandangan. Sepeninggal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam aku mendengar gemuruh dari arah beliau pergi. Aku khawatir jika ada bahaya yang menghadang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ingin rasanya aku menyusul beliau! Tapi aku ingat pesan beliau, “Tetaplah di tempatmu, jangan pergi kemana-mana!”

Akhirnya beliau kembali. Aku menceritakan tentang suara gemuruh yang kudengar dan kekhawatiranku terhadap keselamatan beliau. Aku menceritakan semuanya kepada beliau. Lalu beliau bersabda, ”Itu adalah malaikat Jibril ‘alaihissalam. Ia menyampaikan kepadaku, “Barang siapa di antara umatmu yang mati dengan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu sesuatupun, maka ia pasti akan masuk surga.

Aku bertanya, “Meskipun ia berzina dan mencuri?”

“Meskipun ia berzina dan mencuri!” Jawab Beliau. (HR. Muttafaqun ‘Alaih)

Beberapa Catatan kecil :

Dari kisah diatas, maka ada beberapa pelajaran,
Panggilan Rasul wajib dipenuhi segera.
– Jangan menyimpan uang, sementara masih menumpuk hutang
Penuhi terlebih dulu kewajiban membayar hutang, baru kemudian melakukan hal lainnya terhadap harta, misalnya sedekah
– Orang yang banyak harta itu sedikit pahalanya, kecuali yg banyak bersedekah..
– Orang yang mau/suka bersedekah itu termasuk jarang sekali..
Adalah bawaan sifat manusia yaitu sayang harta dan enggan/kikir membelanjakannya dijalan Allah.
– Apa yang dilarang Rasulullah, itu harus dijauhi
– Orang yang bertauhid, dijamin masuk surga.
Meski berdosa besar (misalnya berzina dan mencuri), namun kita berbaik sangka atas luasnya Rahmat Allah.. Dia yang maha adil, maha suci dari sifat aniaya..

Nah, apakah kita sudah menunaikan haknya harta dengan sedekah? kalau belum mulailah dari kerabat dekat.. Memegang tauhid hingga ajal menjemput nyawa adalah hal yang harus kita jaga..

Demikian.. semoga bermanfaat (gianluigimario)

Ali bin Abi Thalib : 3 alasan penamaan karamallahu wajhah..

Ali bin Abi Thalib diberikan sebutan karamallahu wajhah; sebutan yang berarti doa “Semoga Allah memuliakan wajahnya” ..

Seingat saya ada 3 alasan pemberian nama ini:

Pertama di antara sahabat Nabi shalallahualaihi wasallam, hanya Ali bin Abi Thalib yang tidak pernah menyembah berhala. Dia masuk Islam dalam usia yang masih kecil sehingga tak sempat beribadat kepada berhala. Artinya, wajahnya tak pernah disujudkan kepada berhala. Ali kecil langsung sujud kepada Allah.

kedua, Ali adalah orang yang dikenal tak pernah melihat aurat, baik aurat dirinya sendiri maupun aurat orang lain.

Ketiga, Ali dikenal sebagai seorang pria yang gagah dan tampan. Banyak hadis yang meriwayatkan Ali memiliki kepala yang agak botak sehingga orang memberikan julukan ashla yang berarti “Si Botak”. Umar bin Khattab pernah berkata, “Sekiranya tak ada si ashla, celakalah Umar!” Ketika banyak sahabat lain mengecam Ali dengan memberikan julukan ashla, Rasulullah saw berkata, “Janganlah kalian mengecam Ali karena ia sudah tenggelam dalam kecintaan kepada Allah.”

Memang ada pendapat bahwa Hadist atau riwayat yang mengisahkan Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah haditsnya lemah, palsu, bathil. Ada pula pandangan bahwa penamaan dengan karamahullahu wajhah tak berlandaskan pada hadits sahih, kecuali hadits palsu semata. (kisah ini diolah dari berbagai sumber) http://groups.yahoo.com/group/Tauziyah/message/12552

Maafkan, saya tak punya banyak ilmu sehingga tak layak memutusi mana yang benar atau keliru, para ulama tentu lebih tahu. Namun dalam pandangan pribadi saya kalau yang mau mendoakan beliau dengan hal tersebut yah silahkan, yang mau mendoakan Radhiallahu anhu pun monggo asal kita tak saling bertengkar.. Bukankah mendoakan kemuliaan itu baik? wallahu alam.

Hanya saja kalau sudah sampai di Ranah bahwa Ali bin Abi Thalib radiallahu anhu atau karamallahu wajhah itu Nabi, saya tidak setuju karena semua umat islam tahu Rasulullah Muhammad shalallahualaihi wasallam adalah “khatamul anbiya wal mursalin“.( penutup para nabi-nabi dan rasul-rasul).

Pendapat saya pribadi adalah yang kisah yang baik dari Ali kita contoh, karena beliau pun termasuk sahabat yang utama dan dekat dengan Nabi Muhammad,  sedangkan perkara yang tidak sesuai akidah kita tinggalkan saja apalagi yg bertentangan Quran-sunnah. Kalau soal saling menjelekkan, wah ini saya paling kurang setuju..

Demikian.. kurang lebihnya mohon maaf, dan bila ada kekeliruan akan saya luruskan.Kalau ada kebenaran itu datangnya dari Allah. Terima kasih.

Monggo..(gianluigimario)

Ali bin Abi Thalib yang pemurah

Tidak seperti biasanya, hari itu Ali bin Abi Thalib karamallahu wajha pulang lebih awal menjelang asar. Fatimah binti Rasulullh Shalallahu alaihi wasallam menyambut kedatangan suaminya yang sehari suntuk mencari rezeki dengan sukacita. Siapa tahu Ali membawa uang lebih banyak karena keperluan di rumah makin besar.

Sesudah melepas lelah, Ali berkata kepada Fatimah. “Maaf sayangku, kali ini aku tidak membawa uang sesenpun.
Fatimah menyahut sambil tersenyum, “Memang yang mengatur rezeki tidak duduk di pasar, bukan? Yang memiliki kuasa itu adalah Allah Ta’ala.”
Terima kasih,” jawab Ali.

Matanya memberat lantaran isterinya begitu tawakkal. Padahal keperluan dapur sudah habis sama sekali. Pun begitu Fatimah tidak menunjukan sikap kecewa atau sedih. Ali lalu berangkat ke masjid untuk menjalankan sholat berjamaah. Sepulang dari sembahyang, di jalan ia dihentikan oleh seorang tua. “Maaf anak muda, betulkah engkau Ali anaknya Abu Thalib?”

Ali menjawab dengan heran. “Ya betul. Ada apa, Tuan?”.

Orang tua itu mencari kedalam tasnya sesuatu seraya berkata: “Dahulu ayahmu pernah kusuruh menyamak kulit. Aku belum sempat membayar upahnya, ayahmu sudah meninggal. Jadi, terimalah uang ini, sebab engkaulah ahli warisnya.”

Dengan gembira Ali mengambil haknya dari orang itu sebanyak 30 dinar.Tentu saja Fatimah sangat gembira memperoleh rezeki yang tidak di sangka-sangka ketika Ali menceritakan kejadian itu. Dan ia menyuruh membelanjakannya semua agar tidak  lagi merisaukan keperluan sehari-hari.Ali pun bergegas berangkat ke pasar.

Sebelum masuk ke dalam pasar, ia melihat seorang fakir menadahkan tangan, “Siapakah yang mau menghutangkan hartanya kerana Allah, bersedekahlah kepada saya, seorang musafir yang kehabisan bekal di perjalanan.” Tanpa berfikir panjang, Ali memberikan seluruh uangnya kepada orang itu.

Pada waktu ia pulang dan Fatimah kehairanan melihat suaminya tidak membawa apa-apa, Ali menerangkan peristiwa yang baru saja dialaminya. Fatimah, masih dalam senyum, berkata, “Keputusan kanda adalah yang juga akan saya lakukan seandainya saya yang mengalaminya. Lebih baik kita menghutangkan harta karena Allah daripada bersifat bakhil yang di murkai-Nya, dan yang menutup pintu syurga untuk kita.”

catatan kecil :

Tauladan dari kisah ini bisa jadi banyak sekali, namun beberapa diantaranya adalah :
Bekerja keras mencari Rizki.
Ali bin Abi Thalib bekerja sehari suntuk mencari rizki untuk mencukupi keluarganya, dan telah kita fahami bersama bahwa untuk orang yang mampu, berupaya dg keringat sendiri itu lebih utama..
Sabar dan tawakkal atas ujian kekurangan harta.
Fathimah tahu suaminya telah berupaya keras, maka puteri nabi ini bersabar dan tawakkal, tidak mengeluh ataupun mempertanyakan pengaturan Allah..
Itsar (mendulukan orang lain )
amalan ini merupakan hal yang sulit, karena mendulukan orang lain memerlukan jiwa besar dan iman yang kuat kepada Allah.
– Pelajaran untuk tidak bakhil
Pelit merupakan hal yg dimurkai-Nya, dan berinfak di jalan Allah lebih diutamakan.
Menghargai orang lain
Fathimah tidak mengeluhkan kekurangannya dan menghargai upaya keras Ali, meski tidak mendapat apa-apa.. bukan malah menambah bebannya..
– Kewajiban membayar hutang.
meski si pemberi hutang telah wafat, kewajiban membayar itu tetap.. dan dapat diberikan kepada Ahliwarisnya..

Bisa jadi mengamalkan semuanya sangatlah berat, maka mulai saja meneladani dari hal yang kita mampu..

Demikian.. semoga berguna..(gianluigimario)