Bacaan Quran Abu bakar dan Umar.

Nabi SHalallahu alaihi wasallam berkeliling di rumah sahabat-sahabat beliau di waktu malam.

Beliau mendengar Abu Bakar Radhiallahu Anhu berada di rumahnya berdoa dan membaca Al Qur’an dengan suara yang sangat lembut. Dan, sebaliknya, ketika melewati rumah ‘Umar Radhiallahu Anhu beliau mendengar suara sahabatnya yang satu ini sedemikian keras.

Keesokan hari, kedua sahabat tersebut berjumpa dengan beliau, dan beliau bertanya kepada Abu Bakar  mengapa terlalu mengecilkan suaranya.
Abu Bakar  menjawab, “Aku berdialog dengan Tuhanku dan (aku merasa tidak perlu mengeraskan suara) karena Dia telah mengetahui kebutuhanku.

Sementara ‘Umar yang ditanya soal kerasnya suaranya, menjawab, “Saya menghardik setan dan membangunkan yang sedang sangat mengantuk atau tertidur.

Nah, mendengar jawaban mereka, turunlah ayat :

قُلِ ادْعُواْ اللهَ أَوِ ادْعُواْ الرَّحْمَـنَ أَيًّا مَّا تَدْعُواْ فَلَهُ الأَسْمَاء الْحُسْنَى وَلاَ تَجْهَرْ بِصَلاَتِكَ وَلاَ تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلاً, وَقُلِ الْحَمْدُ للهِ الَّذِي لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَم يَكُن لَّهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُن لَّهُ وَلِيٌّ مِّنَ الذُّلَّ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيرًا

 “Katakanlah, ‘Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al Asmaaul Husna (nama-nama yang terbaik) dan jangan kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.’ Dan katakanlah, ‘Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempuyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan tidak mempunyai penolong (untuk menjaga-Nya) dari kehinaan dan agungkanlah Dia dengan peng-agungan yang sebenar-benarnya’.” (QS. Al Isra’: 110-111).

Catatan kecil :

Shahabat Abu Bakar Radhiallahu Anhu dan ‘Umar Radhiallahu Anhu adalah dua sahabat yang paling utama. Bila keduanya mengamalkan sesuatu tentunya atas petunjuk Allah. Akan tetapi disini Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam mengabarkan tentang pentingnya “Jalan Tengah” atau ” yang sedang-sedang saja”, maksudnya kalau keras jangan berlebihan, dan kalau lembut pun jangan terlalu lirih..

Jalan Tengah itulah solusi yang terbaik menurut Allah..

Monggo dishare..

Kisah Umar memanggul gandum.

Suatu masa dalam kepemimpinan Umar, terjadilah Tahun Abu. Masyarakat Arab, mengalami masa paceklik yang berat. Hujan tidak lagi turun. Pepohonan mengering, tidak terhitung hewan yang mati mengenaskan. Tanah tempat berpijak hampir menghitam seperti abu.

Putus asa mendera di mana-mana. Saat itu Umar sang pemimpin menampilkan kepribadian yang sebenar-benar pemimpin. Keadaan rakyat diperhatikannya saksama. Tanggung jawabnya dijalankan sepenuh hati. Setiap hari ia menginstruksikan aparatnya menyembelih onta-onta potong dan menyebarkan pengumuman kepada seluruh rakyat. Berbondong-bondong rakyat datang untuk makan. Semakin pedih hatinya. Saat itu, kecemasan menjadi kian tebal. Dengan hati gentar, lidah kelunya berujar, “Ya Allah, jangan sampai umat Muhammad menemui kehancuran di tangan ini.”

Umar menabukan makan daging, minyak samin, dan susu untuk perutnya sendiri. Bukan apa-apa, ia khawatir makanan untuk rakyatnya berkurang. Ia, si pemberani itu, hanya menyantap sedikit roti dengan minyak zaitun. Akibatnya, perutnya terasa panas dan kepada pembantunya ia berkata “Kurangilah panas minyak itu dengan api”. Minyak pun dimasak, namun perutnya kian bertambah panas dan berbunyi nyaring. Jika sudah demikian, ditabuh perutnya dengan jemari seraya berkata, “Berkeronconglah sesukamu, dan kau akan tetap menjumpai minyak, sampai rakyatku bisa kenyang dan hidup dengan wajar.”

Hampir setiap malam Umar bin Khattab melakukan perjalanan diam-diam. Ditemani salah seorang sahabatnya, ia masuk keluar kampung. Ini ia lakukan untuk mengetahui kehidupan rakyatnya. Umar khawatir jika ada hak-hak mereka yang belum ditunaikan oleh aparat pemerintahannya.

Malam itu pun, bersama Aslam, Khalifah Umar berada di suatu kampung SELENGKAPNYA

Keistimewaan Umar

Khalifah Umar al Faruq Radhiallahu anhu adalah salah satu shahabat Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam yang utama setelah Abu  Bakar. Beberapa keistemewaan beliau yaitu :

* Berlimpahan ilmu

Hadis Ibnu Umar r.a: Diriwayatkan daripada Rasulullah s.a.w, baginda bersabda: Ketika aku sedang tidur aku bermimpi melihat sebekas susu yang dihidangkan kepadaku. Aku meminumnya sehinggalah aku dapati zatnya memasuki kuku-kuku aku, kemudian aku berikan lebihan aku itu kepada Umar bin Al-Khattab. Mereka bertanya: Wahai Rasulullah! Bagaimana pentafsiran kamu mengenai mimpi tersebut. Rasulullah s.a.w berkata: Itulah ilmu. Shahih Muslim : 4404

*Dibangunkan Istana di surga

Hadis Abu Hurairah r.a: Diriwayatkan daripada Rasulullah s.a.w, baginda bersabda: Aku bermimpi berada di dalam Syurga, tiba-tiba aku melihat seorang perempuan mengambil wuduk di tepi sebuah istana, lalu aku bertanya: Untuk siapakah istana ini? Para Malaikat menjawab: Kepunyaan Umar bin Al-Khattab. Aku teringat akan kecemburuan Umar lalu aku pun berlalu dari situ. Abu Hurairah berkata: Umar menangis di dalam majlis itu dan kami semua berada di situ bersama Rasulullah s.a.w. Kemudian Umar berkata: Demi ayahku! Apakah aku harus cemburu kepadamu wahai Rasulullah!.  Shahih Muslim : 4409

*Ditakuti Syaitan

Selengkapnya

Umar Ibnu Khattab masuk islam.

Kisah yang membuat mata saya berkaca-kaca..

Umar gelisah tak bisa tidur malam itu. Ia kemudian keluar rumah. Purnama bersinar terang menerangi jalan-jalan kota Mekah yang sepi. Sejenak, Umar melihat seorang berjalan perlahan mendekati Ka'bah. Langkahnya begitu teratur, agak perlahan sebab jalan memang sedikit terjal. Orangnya berperawakan sedang, tidak tinggi, juga tidak pendek. Namun, berkesan ada kekuatan mengelilinginya. Umar segera tersadar, orang itulah yang sangat dibencinya. Orang yang telah membawa banyak problema bagi masyarakat Mekah akibat ajakannya pada Agama baru. Orang yang telah menantang tetuhanan yang telah mereka sembah sejak beberapa abad. Bahkan dengan gamblang orang tsb menyebut itu sebagai tuhan-tuhan palsu. Dan lebih lagi, ia justru mengajak pada Tuhan yang Satu. Orang yang telah memecah belah bangsa Quraish, memisahkan antara anak dan orang tua, menimbulkan perang antar saudara, penyebab bercerainya suami dan istri. Umar naik pitam. Tapi mencoba menahan diri. Ia berfikir, mestinya ada perhitungan dengan Muhammad, paling tidak agar da'wahnya berjalan tersendat.

Pagi sebelumnya, Umar berjumpa Ummu Abdullah, sepupunya sendiri. Ia mendapatinya sedang dalam persiapan hijrah ke Abisinia. Umar sempat berucap
"Engkau juga akan pergi?"
"Ya!", sahut Ummu Abdulah. "Umar! Engkau telah menyulitkan kehidupan kami", sambung Ummu Abdullah. "Satu-satunya celah menurutmu, hanya karena kami mempercayai Allah."

Umar terdiam, sebab ia sendiri tak punya alasan tepat untuk membenci sepupunya itu. Perasaan sedih juga merasut dalam dadanya, meyaksikan beberapa anggota klannya sediri meninggalkan Mekah. Tak sadar, Umar berucap menimpali kata-kata Ummu Abdullah
"Mudah-mudahan Tuhan bersamamu"

Selengkapnya

Zuhud Umar Bin Khattab

Beberapa kali Abdurrahman bin Auf menyaksikan Umar shalat sunah di rumahnya. Yang menarik perhatiannya, bukanlah tata cara shalatnya, melainkan sajadah yang biasa digunakan Umar. Seorang kepala kegara dengan wilayah kekuasaan yang membentang luas sampai Mesir, berhasil mengalahkan dua imperium besar, Romawi Timur dan Persia, justru shalat di atas sajadah yang usang. Timbul rasa bersalah dalam hati Abdurrahman. Ia ingin membelikan sajadah baru yang mahal dan indah untuk sang Amirul Mukminin.

Tetapi, Abdurrahman ragu, apakah Umar mau menerimanya. Dia tahu persis watak Umar yang tidak mau diberi hadiah apa pun walau hanya selembar sajadah.

Abdurrahman akhirnya memberikan sebuah sajadah melalui istri Umar, Ummu Abdillah. Melihat sajadah baru, Umar memanggil istrinya dan menanyakan siapa yang memberi sajadah ini. “Abdurrahman bin Auf,” jawab istrinya. “Kembalikan sajadah ini kepada Abdurrahman. Saya sudah cukup puas dengan sajadah yang saya miliki.” Begitulah watak Umar bin Khattab. Tidak hanya adil dan bijaksana, beliau dikenal dengan sifat zuhudnya, hidup sederhana. Tidak hanya untuk ukuran seorang kepala negara, bahkan bagi orang biasa sekalipun.

Selengkapnya