Kesederhanaan Sang Khalifah

Ketika itu, Umar bin Abdul Aziz menyampaikan pidato. Di hadapan kaum Muslimin, beliau memaparkan kebijakannya sebagai khalifah. Pidato beliau sangat menarik, lugas, tegas, dan mudah dipahami oleh orang awam sekalipun. Banyak orang yang terpana mendengar pemaparannya.

Khalifah Umar bin Abdul Aziz mempunyai kemampuan retorika yang bagus. Pidatonya mampu memukau hadirin. Kata-katanya sanggup membuat orang-orang terpana. Namun, kali ini ada sesuatu yang lain. Orang-orang memperhatikan gerak-gerik khalifah yang agak ganjil karena gerak-gerik ini sama sekali tidak berhubungan dengan materi pidato. Tidak seperti biasanya, khalifah sering memegang dan mengibas-ngibaskan bajunya saat berpidato. Kadang ke sebelah kanan, kadang ke sebelah kiri.

Selengkapnya

Dialog Nabi Isa as dan Iblis.

Pada saat usia 30 tahun, nabi Isa a.s sering pergi ke luar rumah untuk mengasingkan diri dari keramaian, membersihkan nurani dan mencari pencerahan jiwa. Ketika menuju ke Bukit Zaitun, Nabi Isa jatuh terduduk dekat sebuah batu besar dan merasa lapar. Tiba-tiba saja ada yang datang menghampirinya, lalu menawarinya menjadikan batu besar itu roti.


“Aku mampu menjadikan batu besar itu menjadi roti, niscaya kamu tidak akan kelaparan,” kata orang yang datang itu yang tak lain adalah iblis.
“Aku tidak akan meminta pertolongan kepadamu. Kebesaran Tuhan hanya ada pada Allah,” kata Nabi Isa a.s.
Iblis lalu pergi setelah tidak berhasil membujuk Nabi Isa a.s. Setelah kepergian iblis itu, Nabi Isa mengucapkan syukur kepada Allah karena telah ditetapkan imannya sehingga tidak terperdaya oleh bujuk rayu iblis.

Selengkapnya

Zuhud : Ketenangan dan Benteng

Dalam agama Islam, pemahaman zuhud bukanlah hidup membenci dunia dan mengisolir diri dari keramaian dengan mengabaikan kewajiban menafkahi keluarga. Zuhud bukan berarti mengharamkan yang halal dan bukan pula dengan membuang harta. Zuhud dalam pengertian yang benar adalah menekan hasrat dan menjauhkan diri dari kesenangan dunia untuk mencapai kesenangan akherat.  Zuhud terhadap dunia berarti lebih yakin dan percaya apa yang ada di tangan Allah dari pada apa yang ada di tangan manusia.

Hadist rasul SAW:

مَنِ ازْ دَادَ عِلْمًا وَلَمْ يَزْدَدْ زُهْدًا     لَمْ يَزْدَدْ مِنَ اللهِ اِلاَّ بُعْدًا

“Barangsiapa yang di anugerahi ilmu oleh Allah, akan tetapi tidak semakin bertambah  ke-zuhud-annya, maka sejatinya orang yang seperti ini bukan bertambah melainkan semakin jauh dari jalan Tuhannya”.

Sikap zuhud dapat memberikan ketenangan kepada seseorang. Ia adalah benteng dari sikap sombong, kikir, serakah dan bermewah-mewahan. Kehancuran seseorang dan bahkan sebuah bangsa dicirikan dengan keempat sikap di atas.

Zuhud membebaskan dirinya secara penuh dari segala hal yang menghalangi kebebasannya.

Selengkapnya

Zuhud Umar Bin Khattab

Beberapa kali Abdurrahman bin Auf menyaksikan Umar shalat sunah di rumahnya. Yang menarik perhatiannya, bukanlah tata cara shalatnya, melainkan sajadah yang biasa digunakan Umar. Seorang kepala kegara dengan wilayah kekuasaan yang membentang luas sampai Mesir, berhasil mengalahkan dua imperium besar, Romawi Timur dan Persia, justru shalat di atas sajadah yang usang. Timbul rasa bersalah dalam hati Abdurrahman. Ia ingin membelikan sajadah baru yang mahal dan indah untuk sang Amirul Mukminin.

Tetapi, Abdurrahman ragu, apakah Umar mau menerimanya. Dia tahu persis watak Umar yang tidak mau diberi hadiah apa pun walau hanya selembar sajadah.

Abdurrahman akhirnya memberikan sebuah sajadah melalui istri Umar, Ummu Abdillah. Melihat sajadah baru, Umar memanggil istrinya dan menanyakan siapa yang memberi sajadah ini. “Abdurrahman bin Auf,” jawab istrinya. “Kembalikan sajadah ini kepada Abdurrahman. Saya sudah cukup puas dengan sajadah yang saya miliki.” Begitulah watak Umar bin Khattab. Tidak hanya adil dan bijaksana, beliau dikenal dengan sifat zuhudnya, hidup sederhana. Tidak hanya untuk ukuran seorang kepala negara, bahkan bagi orang biasa sekalipun.

Selengkapnya