“Remehkan shalat dan sumpah palsu,” nasihat dari iblis yang terpedaya..

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa iblis laknatullah pernah menampakkan diri pada masa-masa awal. Seseorang bertanya kepadanya, ” Hai Abu Murrah, apa yang harus saya lakukan agar menjadi sepertimu?”

Iblis menjawab,” Celaka kamu, tidak ada seorangpun yang mau menjadi sepertiku. Bagaimana mungkin kamu ingin menjadi sepertiku?
Orang itu kembali berkata, ” tapi aku benar-benar ingin menjadi sepertimu.

Maka iblis menjawab, ” Ketahuilah jika kamu ingin sepertiku, remehkanlah shalat dan jangan memperdulikan sumpah palsu.
Lalu orang itu berkata kepada iblis, ” Sungguh saya berjanji untuk tidak akan pernah meninggalkan shalat dan tidak akan bersumpah palsu.

Maka iblis berkata, “Tidak ada seorangpun yang dapat memperdayaiku selain kamu. Karena itu aku tidak akan memberikan sedikitpun nasihat kepada anak Adam.

catatan kecil :
Cukuplah disimpulkan dari kisah diatas untuk menjauhi dua hal ini :
– Meremehkan shalat
– Bersumpah palsu,
Semoga dengan demikian kita dijauhkan Allah dari murka-Nya sebagaimana kemurkaan Allah kepada iblis..  amin

Semoga berguna

Bershalawat akan memudahkan urusan seseorang…

Diceritakan dari sebuah kitab tentang seorang anak dan ayahnya yang sedang dalam perjalanan haji ke Baitullah. Sebelum sampai di tujuan, sang ayah meninggal dan wajahnya berubah menjadi hitam legam. Anak itu pun sangat bersedih hingga tak memiliki tenaga untuk melanjutkan pengembaraanya.

Ayahnya memang semasa muda sangat sering bermaksiat, mencuri, merampok, dan semacamnya sehingga datanglah ketentuan Allah dikala ajal menjemput, wajahnya yang semasa hidup cerah berseri menjadi hitam pekat.
Memikirkan kesedihan itu sang anak pun tertidur..
Dalam tidurnya ia bermimpi didatangi seorang berbaju serba putih yang mengusap wajah ayahnya, dan ajaib.. wajah sang ayah pun kembali seperti sediakala. Si anak pun berterimakasih dan bertanya,
Siapakah anda, alangkah hebatnya kemampuan yang anda punyai?
Aku lah Muhammad bin Abdullah..”, jawab orang itu.
Ya Rasulallah, bagaimana mungkin terjadi hingga baginda sendiri datang menolong ayahku, padahal ia dulunya banyak berbuat kejahatan,” sahut si anak seakan tak percaya.
Aku datang untuk membelanya, karena ayahmu telah banyak bershalawat kepadaku sebelum akhir hayatnya,” jelas Rasulallah shalallahu alaihi wasallam.

Dan ia pun terbangun, didapatinya wajah sang ayah tlah kembali bersih.
Setelah menguburkan ayahnya, ia pun memperbanyak shalawat hingga sampai ke Tanah suci dan menunaikan ibadah haji..

Pesan hikmah :
Dari kisah singkat ini, dapat kita tarik kesimpulan akan kehebatan shalawat kepada Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam..
Bila seorang banyak mengamalkan shalawat kepada beliau, maka Beliau akan menjadi pembela baginya ketika ia dalam kesulitan hingga dimudahkan oleh Allah..
Semoga kita termasuk pula yang mendapat kemudahan lantaran banyak bershalawat..

Orang bodoh yang murah hati, lebih dicintai Allah daripada ahli ibadah tapi bakhil

Aisyah radiallahu anha berkata, Rasululah Shalallahu alaihi wasallam bersabda:
“Orang yang murah hati dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, dekat dengan surga, dan jauh dari neraka.
Orang yang bakhil jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga, dan dekat dengan neraka.
Orang bodoh yang murah hati, lebih dicintai Allah daripada seorang ahli ibadah yang bakhil”
HR Turmudzi no 1962.

Sesuatu yang dapat kita pelajari dari hadis diatas adalah ‘murah hati atau kedermawanan’. Yakni memberikan dan membantu orang yang lebih memerlukan..
Rasul bahkan mengabarkan bahwa orang bodoh sekalipun, asalkan dia rendah hati lebih dicintai Allah ketimbang ahli ibadah yang bakhil..

Sudahkah kita mendapati murah hati pada diri kita?

Mengapa doa kadang tidak dikabulkan Allah ???

Alkisah, Nabi Musa alaihis salam pernah bertemu dengan seorang pria yang sedang berdoa dengan menunduk. Musa alaihis salam berkata kepada Tuhannya, “Tuhan, jika saja kebutuhan dia berada di tanganku, tentu saya akan memberikannya.”

Allah kemudian menurunkan wahyu kepada Musa alaihis salam, ” Aku lebih kasih sayang kepadanya daripada kamu. Akan tetapi, dia berdoa kepada-Ku ditengah dia memiliki seekor kambing, dan hatinya masih teringat dengan kambingnya. Aku tidak mau mengabulkan doa seorang hamba yang ketika berdoa hatinya masih mengingat selain-Ku.

Nabi Musa  alaihis salam mendatangi laki-laki itu dan mengingatkannya tentang firman Allah tersebut, dan ia kemudian melupakan segala hal selain Allah, lalu berdoa kepada-Nya dengan sepenuh hati, sehingga Allah memenuhi kebutuhannya.

Catatan kecil :
Kita seringkali berdoa minta kepada Allah, dan Allah pun menjanjikan akan memenuhi siapa yang berdoa kepada-Nya.. Namun mengapa kadang kita merasa permintaan kita tak jua terkabul? Mungkin kisah diatas menjadi salah satu jawabanya.

Dalam berdoa kita harus :
– Melupakan segala hal  selain Allah,
– dan meminta kepadaNya dengan sepenuh hati,
– sebaiknya dengan menunduk/berendah diri.

Melakukan dua hal diatas tentunya sangat susah, namun tentu kita masih bisa berusaha mencapainya. Singkatnya adalah, “berdoalah dengan hati..”
Semoga hajat kita diijabahi oleh Nya, dan semoga bermanfaat..
(gianluigimario)

Abu Yazid menjemur pakaian dengan punggungnya..

Diceritakan Abu Yazid telah mencuci pakaiannya di tanah lapang. Temannya berkata kepada Abu Yazid, “ Pakaian ini kita jemur diatas ranting pohon anggur.

Abu Yazid menjawab, “jangan meletakkan diatas (pohon) milik orang lain.”

Temannya bertanya, ” Apakah harus kita bentangkan saja diatas rumput?
Dia menjawab,” Tidak, karena rumput itu makanan binatang kita tidak boleh menutupinya.

Setelah itu Abu Yazid menghadapkan punggungnya ke matahari, sehingga pakaian yang sebelah kana sudah mengering. Kemudian dia membaliknya sehingga yang sebelah kiri juga kering.

Catatan kecil :
Para ulama terdahulu yang salih sangat berhati hati dalam berbuat sesuatu, bahkan pada saat menjemur pakaian yang basah. Abu Yazid takut mengganggu hak manusia lain, bahkan juga terhadap binatang sebagai  makhluk Allah
Demi menghindari itu, ia memakai pakaiannya dibadan hingga kering.

Alangkah baiknya jika kita mampu mengambil pelajaran tersebut di kehidupan sekarang, meski sedikit saja.. “Berhati-hati agar tidak menganiaya hak sesama”..
Kalau sudah begitu, tentu tak akan ditemui orang yang memakan hak orang lain.. Dan kehidupan bermasyarakat pun menjadi lebih tenteram..

Semoga berguna..

 

 

 

Kisah Habib dan dua potong roti..

Suatu hari Hasan mengunjungi Habib. Habib menyuguhkan 2 potong roti gandum dan sedikit garam kepada Hasan. Tiba-tiba seorang pengemis datang, dan Habib memberikan roti dan garam itu kepadanya.

Habib,” tegur Hasan yang terlihat bingung, “ kamu orang yang baik. Alangkah  lebih baiknya jika kamu juga berpengetahuan. Kamu mengambil roti dibawah hidung tamumu dan memberikan semuanya kepada pengemis. Mestinya kamu berikan sebagian untuk pengemis, dan sebagian lagi untuk tamumu.”

Habib diam saja..

Tak lama berselang, seorang budak datang membawa sebuah baki yang berisi daging panggang, manisan, roti yang lezat, dan uang lima ratus dirham. Budak itu menyerahkan semuanya kepada Habib. Habib menyedekahkan  uang tersebut kepada fakir miskin, dan menyuguhkan makanan lezat itu kepada Hasan.

Guru,” katanya ketika Hasan tengah makan, “ Anda orang yang baik. Alangkah lebih baiknya jika anda juga memiliki sedikit keyakinan. Pengetahuan harus diiringi dengan iman.

Catatan kecil :

Kalau kita baca kisah diatas, sebenarnya tidak ada yang keliru diantara kedua orang alim tersebut. Hasan benar mengenai hak seorang tamu, akan lebih bijaksana (dan berpengetahuan) kalau roti tersebut dibagi sehingga hak tamu dan hak pengemis pun sama-sama terpenuhi..

Namun Habib berada pada level keyakinan yang luar biasa. Dia memberikan seluruh makanan bukan berniat mengecewakan tamu, tetapi menuruti keyakinan hatinya bahwa Allah akan membalas orang yang berbuat baik dengan balasan yang tak terlintas oleh pikiran, lewat perantara apapun yang Dia kehendaki..
Dan keyakinannya tak disia-siakan oleh Allah.

Di bulan puasa ini, mari perbanyak sedekah dan infaq kepada orang yang memerlukan. Yakinlah Allah pasti akan membalas kebaikan, kalau bukan sekarang mungkin akan dijadikan bekal bagi kita di kehidupan nanti.. aminn..

Semoga berguna
(gianluigimario)

Bahan renungan : apakah puasa kita telah mengantarkan kepada Taqwa?

Puasa di bulan Ramadhan adalah kewajiban bagi kaum muslim, dengan tujuan menjadikan orang yang bertaqwa. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pun bernasihat dalam sabdanya, bahwa orang yang berpuasa dan qiyamullail di bulan ramadhan dengan penuh keimanan dan perhitungan akan diampuni dosanya, seperti baru keluar dari rahim ibu.

Nah, tujuan puasa jelaslah takwa.. namun apakah berulang kali kita melewati Ramadhan setiap tahunnya telah mengantar kita ke derajat taqwa??? tentu hanya kita sendiri yang paling tahu jawabannya..namun ciri-ciri orang bertaqwa ini mungkin dapat kita jadikan renungan.

Dalam Al-Imran 133-134 Allah menyebutkan beberapa ciri orang yang bertaqwa, yaitu :
1. Dermawan..
Orang yang bertaqwa selalu berinfaq dan sedekah baik dalam keadaan lapang maupun sempit. Rasulullah pernah ditanya, shadaqah apa yang paling Utama? jawab beliau adalah “shadaqah di bulan Ramadhan”.. Oleh sebab itu kita sangat dianjurkan untuk memperbanyak infak dan sedekah di bulan puasa..

2. Penyabar..
Orang yang bertaqwa mampu mengendalikan nafsu amarahnya.. Orang yang kuat, kata Nabi, bukan orang yang mampu mengangkat beban berat atau semacamnya, namun ialah orang yang “mampu menahan nafsu dan amarahnya..”
Makanya, puasa tidak hanya menahan lapar maupun dahaga, tetapi yang tak kalah penting adalah menahan nafsu dan amarah..

3.Pemaaf.
Orang yang taqwa suka memaafkan orang lain. Adalah sebuah hal yang hebat, manakala seorang mampu membalas ketika dizalimi namun dia malah memberinya maaf., tidak sembarangan derajat orang seperti ini. Dan Rasul pun berpesan, jika ada orang yang menantangmu berkelahi atau berdebat katakanlah “aku sedang berpuasa..”

4. Berbuat baik.
Allah mencintai orang-orang yang suka berbuat kebaikan.. oleh karenanya sangat dianjurkan untuk memnuhi bulan Ramadhan dengan amal-amal dan perbuatan yang baik..

5. Ingat Allah ketika berbuat kesalahan.
Sebagai manusia yang tempatnya salah serta lupa, tentulah setiap orang pernah melakukan namanya kesalahan. Tetapi bedanya adalah, orang yang bertakwa seketika melakukan kesalahan, baik itu berbuat yang keji atau menzalimi diri sndiri, ia segera ingat kepada Allah. Lalu meminta ampun, serta tak mengulangi kesalahannya lagi.
Dibulan puasa yang penuh ampunan ini, sangatlah pantas jika kita disunnahkan memperbanyak memohon ampunan atas dosa-dosa kita..

Apakah pertanda orang taqwa itu telah kita miliki? Kalau belum mungkin ada yang kurang sempurna dari puasa kita, tentu kita jualah yang paling tahu dan mampu memperbaikinya..

Semoga bermanfaat..
(gianluigimario)

 

 

 

Tidak dengki dan hasad kepada saudara adalah sifat penghuni surga..

Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: “Dahulu kami duduk-duduk di sisi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sekarang akan muncul kepada kalian dari jalan ini, seorang lelaki dari penghuni surga.

Anas radhiyallahu ‘anhu berkata: “Lalu muncullah seorang lelaki dari kalangan Anshar, jenggotnya meneteskan air karena wudhu. Orang tersebut mengikatkan kedua sandalnya di tangan kirinya. Orang itu pun mengucapkan salam. Keesokan harinya, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan yang seperti itu. Muncul lagi lelaki itu seperti pada kali yang pertama. Hari ketiga, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan hal yang sama, dan muncul lagi lelaki itu seperti keadaannya yang pertama.
Tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berdiri, lelaki itu diikuti oleh Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash radhiyallahu ‘anhuma.

Kemudian Abdullah berkata: “Sesungguhnya aku bertengkar dengan ayahku, lalu aku bersumpah untuk tidak masuk kepadanya selama tiga (hari). Jika engkau mempersilakan aku tinggal di rumahmu hingga lewat tiga hari, maka akan aku lakukan”. Lelaki itu berkata: “Ya.
Anas berkata: “Adalah Abdullah –yakni bin ‘Amr– bercerita bahwa ia menginap bersamanya tiga malam. ” Anas berkata lagi: “Ia tidak melihat lelaki itu shalat malam sedikitpun. Hanya saja bila ia terbangun dari tidurnya di malam hari dan menggerakkan (tubuhnya) di atas kasurnya, ia berdzikir kepada Allah dan bertakbir, sampai ia bangun untuk shalat fajar. Hanya saja, jika ia terbangun di malam hari, ia tidak berucap kecuali kebaikan.

Abdullah berkata: ‘Tatkala tiga malam itu lewat, dan aku hampir-hampir menganggap remeh amalannya, aku berkata: ‘Wahai hamba Allah, (sebenarnya) tidak ada ketegangan dan pemboikotan antara aku dengan ayahku. Namun aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berucap (tiga kali): ‘Sekarang akan muncul kepada kalian salah seorang penduduk surga. ’ Lalu engkau muncul, tiga kali. Saya ingin tinggal menginap di tempatmu sehingga aku tahu apa amalanmu. Namun aku tidak melihat engkau banyak beramal. Apa gerangan yang menyebabkan kedudukanmu sampai seperti yang disabdakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam?’ Dia menjawab: ‘Tidak ada, kecuali yang kamu lihat ’
Abdullah berkata: ‘Aku pun meninggalkannya. ’ Tatkala aku berpaling, ia memanggilku.

Ia berkata: ‘Aku tidak punya amalan (yang menonjol) kecuali apa yang engkau lihat. Hanya saja aku tidak dapatkan dalam diriku kedengkian terhadap seorang pun dari kaum muslimin. Dan aku tidak hasad kepadanya atas kebaikan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepadanya.
Abdullah berkata: ‘Inilah hal yang menyampaikan engkau kepada kedudukan itu. Dan inilah yang tidak dimampui (susah dilaksanakan)’.
(HR. Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 12/8-9, no. 6181, dan Ahmad dalam Al-Musnad, dan dishahihkan oleh Al-‘Iraqi rahimahullahu dalam Al-Mughni ‘an Hamlil Asfar, 2/862, no. 3168)

Catatan kecil :

Salah satu amalan yang terlihat remeh namun begitu sukar dilakukan adalah tidak iri dan dengki atas nikmat orang lain. Saking susahnya, hingga di dalam kisah ini diceritakan oleh Rasulullah pemilik hati dengan sifat tersebut bakal masuk surga..

Bagaimana caranya menghilangkannya? pastilah sulit minta ampun.. Namun beberapa hal ini mungkin dapat membantu :
– Mengingat kalau Allah sudah membagi rizki dengan seadil-adilnya
– Mengekang hawa nafsu untuk selalu memburu harta berlebihan
– Mensyukuri apa yang telah diberiNya pada kita..
– Sering mendoakan kebaikan untuk orang lain.

Amalan yang sulit, ganjarannya jelas nggak main-main.. Mari mulai membiasakannya dari sekarang..
(gianluigimario)

Kisah penjaga kebun delima.

Ibrahim bin Adham berkisah, “ suatu kali aku dipercaya menjaga sebuah kebun buah. Pemilik kebun itu datang dan berkata kepadaku ‘ Bawakan aku sejumlah delima yang manis..
Aku membawakannya beberapa tapi semuanya asam.

Bawakan aku buah delima yang manis” ujar sang pemilik itu kebun lagi.
Aku membawakannya sepiring penuh delima, namun lagi-lagi semuanya asam..

Kemuliaan atas Allah!” pekik sang pemilik kebun. “ Engkau telah menjaga kebun ini sekian lama, dan tidak tahu mana delima yang matang?
Aku  menjaga kebunmu, namun aku tidak mengetahui rasa delima karena aku tidak pernah mencicipinya sedikitpun, “ aku menjawab…
Pemilik kebun pun terheran-heran atas kejadian itu..

catatan kecil :

Menjaga berarti memegang amanah yang dititipkan..
Ibrahim begitu hati-hatinya memelihara amanah tersebut hingga tak pernah mencicipi sebiji delima pun, meskipun hal itu dipikiran pemilik kebun akan dimaklumi..
Kisah singkat ini menunjukkan kalau orang (alim) terdahulu sangatlah kuat dalam memegang prinsip dan titipan. Tampaknya sikap ini mulai banayk berkurang dijaman sekarang..

Semoga dapat diambil pelajaran..
(gianluigimario)

Kisah singkat : Junaid dan pakaian yang dicuri

Suatu malam, seorang pencuri memasuki kamar Junaid. Setelah melihat bahwa tidak ada apa-apa dalam kamar itu selain sehelai pakaian, pencuri pun mengambil pakaian itu lalu pergi.

Keesokan harinya, Junaid melewati pasar dan melihat pakaiannya ada ditangan seorang pedagang yang tengah menawarkannya pada seorang lelaki.
Sebelum membelinya, aku ingin engkau hadirkan seorang untuk bersaksi bahwa pakaian ini memang benar-benar milikmu. ” Kata si calon pembeli
Junaid pun mendekat dan berkata, ” Aku siap untuk bersaksi bahwa pakaian ini memang benar-benar miliknya.
Akhirnya lelaki itu pun membeli pakaian tersebut..

Catatan kecil penulis :

Mungkin ada beberapa hal yang bisa dipetik hikmah dari kisah diatas..
– Keyakinan Junaid akan Rezeki Allah..
– Bisa menjadi sebuah sedekah tanpa harus mengantar..
– Keikhlasannya kepada Allah menjadikan urusan selain itu hanya hal kecil.

Kalau sudah Allah yang memberikan sebuah pakaian, tentu tak sulit bagiNya mengganti dengan pakaian yang lain. Kerelaan kepada hal tersebut dapat menjadi sebuah bentuk kebaikan kepada orang lain tanpa harus mengantarnya kepada mereka. Bisa menjadi sebuah intropeksi, apakah kita sedemikian pelit membagi rejeki kepada orang lain, hingga sampai orang lain harus mengambilnya sendiri dari kita lewat jalan yang tak disangka-sangka?..

Orang shalih menganggap apa yang ada padanya hanyalah hal yang kecil. Asalkan bisa meraih cintaNya, hal selain itu bukan perkara besar.

Sulit memang mencontoh kebesaran hati seperti ini, namun bisa kita petik hal sederhana bahwa “kalau sudah bukan rejeki kita, mengapa harus dipikirkan lagi? “.. Mulailah dengan positif thinking..
Semoga berguna..
(gianluigimario)