Pernikahan Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az Zahra

Salah satu kisah favorit saya adalah Pernikahan Ali dengan Fatimah Az Zahra. Saya hampir selalu berair mata  ketika membacanya..

Pernikahan antara dua manusia suci ini berlangsung pada tahun kedua Hijriyah.6 Semua syarat pernikahan putri Nabi saw telah terpenuhi. Banyak orang yang berniat mengambil Fatimah as sebagai istrinya dan menjadikannya sebagai bagian dari keutamaan mereka. Dengan berbagai cara, mereka ungkapkan keinginan mereka kepada Nabi saw. Abu Bakar dan Umar mengedepankan persahabatan mereka dengan Nabi saw dan menyebutkan keutamaan mereka untuk mengambil hati beliau. Namun, Nabi saw menolak lamaran mereka.

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa setelah lamaran mereka ditolak Nabi saw, mereka datang menemui Ali  dan mendorong beliau untuk melamar Fatimah. Dalam riwayat lain dikatakan bahwa yang mendorong Ali untuk melamar putri Nabi saw adalah Sa’ad bin Muadz.
Riwayat lain menyebutkan bahwa Nabi saw sendiri yang menanyakan kepada Ali tentang niatnya untuk menikah dengan Fatimahdan menjelaskan tugas yang diembannya dari Jibril untuk menikahkannya dengan putrinya. Namun, dalam riwayat lain, demikian disebutkan:
Ali pergi sendiri menghadap Nabi saw untuk melamar Fatimah. Ia sangat malu untuk mengutarakan niatnya hingga Nabi saw dengan raut muka gembira bertanya kepadanya, “Untuk apa kau datang? Sepertinya kau datang untuk melamar Fatimah?”
“Benar wahai Rasulullah!”
“Sebelum kau, banyak orang telah datang kepadaku dengan niat sama. Tapi setiap kali aku berunding dengan Fatimah, ia tidak menjawab lamaran mereka. Aku pun ridha dengan apa yang diridhai olehnya. Tunggulah sebentar supaya aku memberitahu Fatimah tentang niatmu.”

Nabi saw datang menemui putrinya dan berkata kepadanya, “Anakku, Ali anak pamanku datang melamarmu. Dia bukan orang asing bagimu dan kau sudah tahu keutamaannya. Ia ingin menjadikanmu sebagai istrinya. Apa pendapatmu?”
“Wahai Rasulullah, engkau lebih berhak untuk memberi pendapat.”
“Anakku, sesunguhnya Allah telah mengizinkanmu menikah dengannya.”
Sambil tersenyum gembira, Fatimah berkata, “Aku ridha dengan apa yang diridahi oleh Allah dan Rasul-Nya.” (Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Fatimah as berkata, “Aku rela Allah sebagai Tuhanku dan ayahku sebagai Nabiku dan putra pamanku sebagai suamiku.”)

Nabi saw lalu datang menemui Ali dan mengabarkan persetujuan putrinya. Beliau bertanya, “Wahai Ali, putriku setuju untuk menikah denganmu. Mahar apa yang hendak kau berikan kepadanya?”
Ayah dan ibuku sebagai tebusanmu wahai Rasulullah, engkau sendiri tahu keadaan hidupku. Semua hartaku hanyalah sebilah pedang, baju besi dan seekor unta.”
Wahai Ali, pedangmu akan kau gunakan untuk berjihad dan untamu akan kau gunakan untuk mengambil air dan mengangkut barang. Karena itu, juallah baju besimu.”
Ali lalu pergi menjual baju besi yang merupakan ghanimah dari perang Badar seharga 380 atau 500 Dirham11 dan menyerahkan uangnya kepada Nabi saw. Beliau membaginya menjadi tiga bagian:
1. Sepertiga untuk membeli perlengkapan rumah.
2. Sepertiga untuk minyak wangi.
3. Sisanya beliau serahkan kepada Ummu Salamah sebagai amanat.
Menjelang malam pernikahan, beliau menghadiahkannya kepada Imam Ali as hingga ia bisa menyiapkan walimah pernikahan.
Nabi saw menyuruh sebagian sahabatnya untuk menyiapkan perlengkapan rumah putri tercintanya. Ada beberapa versi tentang nama-nama para sahabat yang disuruh Nabi saw untuk membeli perkakas rumah Fatimah. Mungkin beliau menyerahkan urusan alat-alat rumah kepada ahlinya.
Mereka yang sebelumnya datang melamar Fatimah dan ditolak oleh Nabi saw, kembali datang menemui beliau dan berkata, “Kenapa Anda menikahkan Fatimah dengan Ali dengan mahar sedikit.” Beliau menjawab, “Bukan aku yang menikahkan mereka. Tapi Allah-lah yang menikahkan mereka di malam mi`raj di dekat Shidratul Muntaha. Aku manusia seperti kalian. Aku menikah dengan wanita di antara kalian dan aku nikahkan putriku dengan kalian. Tapi, aku tidak dapat mengambil keputusan berkaitan dengan Fatimah, karena perintah pernikahannya datang dari langit.”

Banyak orang yang memiliki pikiran Jahiliyah Pada waktu itu, tanpa melihat kelayakan-kelayakan menantu Nabi saw, para wanita Quraisy mencela Fatimah karena ia menikah dengan lelaki miskin. Fatimah as datang menghadap Nabi saw sambil menangis dan mengadukan ucapan mereka kepada ayahnya. Beliau bersabda, “Wahai Fatimah, apakah kau tidak ridha aku nikahkan kau dengan orang yang lebih dahulu masuk Islam, paling berilmu dan paling bijak? Fatimah menjawab, “Aku ridha dengan apa yang diridhai Allah dan rasulnya.”

Barangkali Fatimah as tidak mengetahui lamaran Abdurrahman bin Auf dan Utsman bin Affan yang datang melamarnya dengan motivasi tertentu. Anas bin Malik berkata, “Suatu hari, Abdurrahman bin Auf dan Utsman bin Affan yang lebih terkenal di antara sahabat, datang ke rumah Rasulullah saw. Abdurrahman berkata kepada beliau, “Wahai Nabi, nikahkanlah putrimu denganku! Aku akan memberinya mahar seratus unta hitam bermata biru dan semuanya adalah unta Mesir yang sedang hamil. Selain itu, aku akan tambahkan sepuluh ribu Dinar.” Utsman berkata, “Akupun siap memberi sejumlah itu. Lagi pula, aku lebih dahulu masuk Islam ketimbang Abdurrahman.” Tapi Rasulullah saw menolak lamaran mereka.
Kekuasaan tidak akan kekal bagi siapapun
Tidak bagi Kaisar dan tidak bagi Kisra2

Di hadapan para penduduk Madinah dan para pembesar Quraisy, setelah memanjatkan puja dan puji kepada Allah SWT, Rasulullah saw membaca akad nikah dan berkata, “Sesungguhnya Allah telah memerintahkanku untuk menikahkan putriku Fatimah as dengan saudaraku dan anak pamanku Ali bin Abi Thalib…”
Kemudian beliau duduk dan berkata kepada Ali, “Wahai Ali, bangkit dan bacalah khotbah nikahmu.” Ali menjawab, “Wahai Rasulullah, bagaimana aku berkhotbah di hadapanmu?” Beliau menjawab, “Jibril memerintahkanku untuk meyuruhmu membaca khotbah nikah.”
Ali lalu berdiri dan setelah memuji Allah dan mengucapkan salam atas Rasul saw, beliau mengakhiri khotbahnnya dengan berkata, “Menikah adalah hal yang diperintahkan Allah dan diizinkan oleh-Nya. Majlis ini adalah majlis yang dilangsungkan atas perintah-Nya dan diridhai oleh-Nya. Sekarang ini, Muhammad bin Abdullah telah menikahkan putrinya Fatimah denganku dengan mahar empat ratus Dinar. Saksikanlah bahwa aku rela dengan akad ini. Mintalah kalian kesaksian dari Rasulullah!”
Hadirin lalu menanyakan kesaksian Rasulullah saw. Beliau mengiyakan ucapan Ali  dan menyebutnya sebagai menantu yang pantas. Para hadirin lalu mengucapkan selamat kepada Ali . Majlis pernikahan itu diakhiri dengan jamuan kurma.

Setiap kali Rasulullah saw berduaan dengan Imam Ali as, beliau selalu berkata, “Istrimu sungguh rupawan dan baik. Berbahagialah engkau, karena kau telah kunikahkan dengan penghulu wanita semesta.”
Hampir sebulan telah berlalu dari masa pembelian peralatan rumah. Meskipun Imam Ali as selalu shalat dengan Nabi saw dan bertemu dengan beliau, tapi masalah pernikahannya tidak pernah dibicarakan.
Dari satu sisi, para wanita Quraisy selalu datang menemui Fatimah as dan berkata kepadanya bahwa ia dinikahkan dengan seorang lelaki yang tidak memiliki apapun. Sayyidah Fatimah as menghadap ayahnya dan mengadukan ucapan mereka kepada beliau.
Sebagai jawaban pengaduan putrinya, Nabi saw selalu memuji Ali  sebagai manusia mulia dan sahabat setianya yang selalu diridahi Allah. Ali yang menginginkan untuk memulai hidup barunya, merasa malu untuk mengutarakan niatnya kepada Nabi saw. Hingga pada suatu hari, Aqil datang menemu saudaranya dan berkata kepadanya, “Saudaraku, tidak ada yang lebih menggembiranku dari pernikahanmu dengan Fatimah. Kenapa kau tidak meminta dari Rasul untuk mengirimkan putrinya ke rumahmu?”
“Demi Allah, akupun menghendaki hal ini, tapi aku malu terhadap Nabi,” jawab Ali.
“Mari kita pergi menemui beliau dan membicarakan masalah ini. “

Mereka berdua lalu pergi menghadap Nabi saw. Ummu Salamah dan istri-istri Nabi mengetahui masalah Ali dan meminta kepadanya supaya mereka yang menghadap Nabi saw.
Para istri Nabi datang berombongan menemui beliau dan berkata kepadanya, “Kami datang menemui Anda untuk suatu hal yang akan membuat Khadijah gembira bila ia masih hidup.”
Nama Khadijah membuat Nabi saw terharu dan melinangkan air mata. Mengingat istri dan penolong setianya, beliau berkata, “Siapa yang dapat menyerupai Khadijah? Ketika tidak ada orang yang mempercayai ucapanku, ia mendukungku dan menyerahkan hartanya demi tegaknya agama Allah. Maka itu, Allah akan memberinya ganjaran rumah dari zamrud di surga.”
Ummu Salamah berkata, “Ayah dan ibu kami menjadi tebusanmu wahai Rasulullah! Semua apa yang Anda katakan tentang Khadijah benar. Ali datang dan ingin membawa istrinya ke rumahnya.”
“Kenapa ia sendiri tidak meminta dariku?”
“Ia malu untuk mengutarakan niatnya kepada Anda. “

Rasulullah saw lalu menyuruh Ummu Aiman untuk membawa Ali datang menghadapnya. Ali datang sambil menundukkan kepala karena malu dan mengucapkan salam kepada Rasul. Beliau menjawab salamnya dan berkata, “Apakah kau ingin membawa Fatimah ke rumahmu?”
“Ya wahai Rasulullah. ”
“Malam ini atau besok malam, Fatimah akan kubawa ke rumahmu,” sabda Rasul.
Ali gembira mendengar jawaban Rasul. Kabar ini lalu tersebar di Madinah. Haritsah bin Numan yang tahu keadaan ekonomi Ali, datang menemui Rasul saw dan menghadiahkan rumahnya yang tidak jauh dari rumah beliau. Beliau lalu mendoakan kebaikan untuknya. Tentunya, ini berkaitan dengan awal pernikahan dua manusia mulia ini, karena nantinya rumah mereka pindah dekat masjid Nabi.
Ali lalu menyebar kerikil dan pasir di lantai rumahnya, menggantungkan kayu untuk meletakkan pakaian dan menghamparkan kulit kambing serta sebuah bantal sebagai sandaran duduk. Dengan ini, Ali siap menyambut kedatangan istrinya di rumahnya.

Rasululllah saw berkata kepada Ali , “Kita harus mengadakan walimah, karena banyak kebaikan di dalamnya dan Allah menyukainya. Aku sediakan daging dan roti, sedangkan kau menyiapkan korma dan minyaknya.”
Begitu mendengar kabar, Saad bin Muadz menghadiahkan seekor kambing untuk menjamu para tamu. Setelah semuanya siap, Rasulullah saw menyingsingkan lengan bajunya, membelah-belah kurma dan melumurinya dengan minyak. Beliau bersabda kepada Ali, “Pergilah ke masjid dan undanglah siapa yang kau kehendaki.”
Ali pergi ke masjid dan melihat masjid penuh dengan orang. Ia merasa malu untuk mengundang sebagian orang dan tidak mengundang yang lain. Ia naik mimbar dan berkata, “Pergilah kalian ke majlis walimah Fatimah as dan penuhilah undangannya.”
Orang-orang datang berombongan ke rumah Ali. Beliau merasa malu karena hanya sedikit makanan yang tersedia. Rasulullah saw memahami masalah Ali dan bersabda kepadanya, “Wahai Ali, aku telah berdoa kepada Allah untuk memberkati walimah ini. Cuma karena rumah ini kecil, katakan kepada mereka untuk datang bergantian sepuluh orang.”
Ali as berkata, “Semua orang datang dan mendoakan kebaikan bagi kami, namun makanan masih tersisa.” Rasulullah saw lalu meminta sebuah wadah, lalu mengisinya dengan makanan dan mengirimkannya ke rumah para tetangga. Beliau menyisakan makanan dan menaruhnya di sebuah wadah sendiri dan bersabda bahwa makanan ini khusus untuk Fatimah dan Ali .

Kemudian Rasulullah saw menyuruh Ummu Salamah membawa Fatimah as menemuinya. Ummu Salamah berkata, “Aku membawa Fatimah menghadap ayahnya sementara wajahnya berkeringat karena malu terhadap Rasul saw.. Beliau bersabda, “Semoga Allah menyelamatkanmu dari ketergelinciran dunia dan akhirat.” Ketika Fatimah duduk menghadap ayahnya, beliau menyingkapkan cadar dari wajahnya hingga Ali melihatnya.
Rasulullah saw menyiapkan sehelai pakaian putih untuk putrinya. Di malam pernikahan, seorang pengemis datang ke pintu rumah Ali dan meminta pakaian lama yang tak terpakai. Sayyidah Fatimah berniat memberikan pakaian lamanya, tapi ia teringat ayat Alquran yang mengatakan: “Kalian tidak akan mendapatkan kebaikan kecuali kalian berikan apa yang kalian cintai.” Beliau lalu memberikan pakaian hadiah dari ayahnya kepada pengemis itu. Sebagai balasannya, Allah memberikan pakaian dari surga kepada Fatimah.

Rasulullah saw yang mengawasi jalannya pernikahan, menaruh kain di punggung hewan tunggangannya dan menyuruh para wanita Muhajirin dan Anshar serta putri-putri Abdul Muthallib mengiringi Fatimah dan menampakkan kegembiraan mereka. Beliau meminta mereka bertakbir dan bersyukur kepada Allah. Kendali kuda beliau serahkan kepada Salman sedangkan Hamzah, Aqil, Jafar dan para lelaki bani Hasyim berjalan di belakang kuda. Ummu Salamah bersyair,
“Wahai para wanita, majulah kalian dengan pertolongan Allah dan bersyukurlah kepada-Nya di semua keadaan.
Ingatlah nikmat Allah yang telah menghapus keburukan dan menggantikannnya dengan kebaikan. Kita telah keluar dari kesesatan dan mendapatkan petunjuk. Bersama kami, iringlah wanita terbaik semesta, putri manusia yang dimuliakan Allah dengan wahyu dan risalah.”
Aisyah melantunkan syair ini:
“Puja dan puji kepada Allah atas segala nikmatnya,
Bawalah Fatimah, wanita yang telah disucikan oleh Allah.”
Sedangkan Hafshah bersyair:
“Fatimah wanita terbaik semesta yang rupawan bak bulan
Allah telah meninggikan derajatmu melebihi manusia-manusia lain
Allah telah menjadikanmu istri pemuda terbaik, yaitu Ali.
Maka, wahai para wanita, iringlah dia, karena ia adalah wanita mulia dan putri manusia agung.”
Muadzah, ibu Saad bin Muadz bersyair demikian:
“Aku katakan suatu hal yang mengandung kebenaran dan kebaikan. Muhammad adalah manusia terbaik yang tidak sesat dan tidak takabur. Berkat dia, kami temukan jalan lurus. Semoga Allah memberinya ganjaran terbaik.  Kami mengiringi putri Nabi yang memiliki kesempurnaan. Aku tidak melihat yang setara dengannya.”

Ketika para pengiring melantunkan syair-syair ini, mereka mengulang bait pertama dan masuk rumah sambil bertakbir. Diriwayatkan dari Shadiq bahwa ketika Fatimah as diantar ke rumah suaminya, Jibril, Mikail dan Israfil turun ke bumi beserta tujuh puluh dua ribu malaikat. Jibril memegang tali kendali kuda Nabi saw dan Israfil mengiringi di tengah rombongan dan Mikail mengikuti dari belakang. Sementara malaikat yang lain bertakbir. Sepertinya sunah bertakbir di acara pernikahan dimulai sejak saat itu.

Setelah pengantin wanita diantar ke rumah suaminya, orang-orang pergi meningggalkan rumah Ali dan hanya Asma binti Umais yang tinggal di sana. Ketika Nabi saw memintanya pergi, ia menjawab, “Kalau Anda izinkan, saya akan tinggal di samping Fatimah. Karena menjelang wafat, Khadijah menangis. Saat saya menanyakan sebabnya, ia berkata, “Aku tidak menangis karena mati. Tapi setiap wanita akan membutuhkan wanita lain di sampingnya saat ia menikah untuk memenuhi keperluannya dan menjaga rahasianya. Aku khawatir tidak ada yang menemani Fatimah ketika ia menikah nanti.” Saya berkata, “Saya berjanji bila saya masih hidup waktu Fatimah menikah, saya akan mendampinginya dan menggantikan kedudukan Anda.” Nabi saw menangis dan bersabda, “Apakah untuk ini kau hendak tinggal di sini?” Saat aku mengiyakan, beliau mendoakan kebaikan untukku.

Kemudian Nabi saw mendudukkan Ali dan Fatimah di sampingnya. Beliau meletakkan tangan Fatimah di atas tangan Ali dan bersabda, “Wahai Abul Hasan, ini adalah amanat Allah dan amanat Rasul-Nya di sisimu. Ingatlah Allah dan perhatikan cintaku terhadapnya.”
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa beliau bersabda, “Wahai Ali, Fatimah adalah istri terbaik. Wahai Fatimah, Ali adalah suami terbaik.”
Beliau lalu meminta wadah air dan meminum airnya untuk bertabaruk. Beliau lalu memberikannya kepada Ali dan Fatimah dan menyuruh mereka meminum airnya. Beliau lalu mengambil sisa air dan mencipratkannya ke wajah dan dada Ali dan Fatimah sambil membaca ayat: “Innama yuridullahu an yudzhiba `ankumur rijsa ahlal bait…”. Beliau lalu berdoa, “Ya Allah, Engkau tdak utus seorang nabi kecuali Kau berikan ia keturunan. Ya Allah, jadikanlah keturunanku dari Ali dan Fatimah!” Setelah itu, beliau keluar dari rumah.

Hal yg mengharukan buat saya:
* Ali sangat miskin, namun berjiwa yg amat besar.
Ketika Abu Bakar, Umar, dan Ustman melamar putri nabi, ia mendoakan mereka, tahu bahwa mereka lebih mulia dan pantas untuk Fatimah. Meski ia sangat mencintai Fatimah…
* Fatimah adalah wanita terbaik.
Ia mendulukan ridha Allah dan Rasul atas apapun, walau dalam hati ia juga mencintai Ali.
* Ali dan Fatimah orang yg sangat pemalu..
* Terutama yg membuat saya menangis adalah Allah yang menikahkan mereka, di Sidhratul Muntaha.
pada saat pengiringan, 72000 malaikat menyaksikan. Tiga malaikat utama juga turun.. SubhanaLlah, sulit saya bayangkan agungnya, karena Allah sendiri yg menikahkan..
* Walaupun Abu Bakar, Umar, dan Ustman dan sahabat utama lain melamar putrinya, tetapi Rasul menolak karena Fatimah tidak ridha. Selayaknya para orang tua juga menanyakan terlebih dulu kerelaan anaknya saat mau menikahkan mereka..

Kalau anda menilai ini syiah, Wallahu alam, yang jelas insyaAllah saya pengikut sunnah. Kalo ada yg krg stuju tinggal aja, kalo ada baiknya, itu hikmah dari Allah..

wallahu ‘alam

38 thoughts on “Pernikahan Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az Zahra

  1. Dr.Feelgood says:

    Alloh SWT juga berfirman :
    “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”. (Q.S Ar Rum [30] : 21).

    maka dari itu selain dari ibadah, nikah juga menghindarkan dari perbuatan zina, yg dilarang oleh Alloh SWT. artikel yg bagus sekali masbro. lanjutkan. 🙂

  2. jaelan.. says:

    hmmm…nambah ilmuku sobat.
    …tapi ada tambahan sedikit sayyida ustman pun adalah menantu rasululloh..dia bergelar dzu nuraeeni….yaitu ustman yang menikah dgn dua cahaya……maksudnya ustman bin affan menikah dgn dua anak rosululloh…tapi tdk barengan…setelah ditinggal mati yg pertama trus menikah lg dgn putrinya….

  3. jaelan.. says:

    maaf…ane mo tanya ke antum….
    berhubung antum suka/agak faham dgn keluarga sayyida ali..
    bagaimana menurut antum tentang keturunan sayyida ali/fatimah
    1.ahlul bait…secara umum. habaaib habaaib/sayyidah…yg ahlusunnah..dst
    2.mengapa diantara silsilah putra2 ali oleh pihak syiah dianggap imam… apa hubungannya syiah dgn putra2 sayyidina ali karromalloh..

    ana minta pendapatnya antum….

    • saya cuma menangis saat membaca pernikahannya, soal syiahnya maaf sy kurang tau cb baca disini, mgk membantu:
      http://www.albayyinat.net/jwb5ta.html
      http://www.albayyinat.net/jwb5tb.html
      Saya insyaallah penganut sunnah, dan tidak tau banyak soal syiah 😦

      Pendapat sy anggapan kaum syiah itu keliru, karena Abu bakar, Umar, dan Utsman didukung penuh oleh Ali untuk jd khalifah saat beliau masih hidup..
      Rasul juga berulang2 menegaskan, juga diAlqur’an bhwa Muhammad itu penutup nabi dan rasul (khatamul anbiyaa wal mursalin), kalau kaum syiah menganggap Ali adalah Rasul, itu keliru mnurut saya.

      Soal keluarganya sy blm bnyak tau..cb antum baca di wiki:
      http://id.wikipedia.org/wiki/Ahlul_Bait

      Demikian pendapat saya..Wallahu’alam..

      • Anonymous says:

        assalamuailkaum,

        mengenai “kalau kaum syiah menganggap ali adalah rosul itu keliru menurut saya ”

        buat kaum syiah, rosul tetap nabi muhammad saw, dan setelah nabi muhammad saw ( nabi yang terakahir ), baru ali bin abi thalib ( bukan nabi ),itu menurut syiah.

        terima kasih sebelumnya

      • Waalaikum salam..
        syukron buat tambahannya .. 😀

      • Anonymous says:

        Di Shiah , Tidak ada pernah menganggap Ali sebagai nabi, tetapi dia sebagai penerus ajaran nabi. jadi nabi terakhir itu tetap nabi Muhammad.jadi harap di pelajari dahulu jangan dengar apa kata orang

  4. NEW YZF R15 says:

    SubHa Nallah,
    Allahu Akbar,Wa lillahilham.

  5. gogo says:

    Allahu Akbar.. harta duniawi bukan yg utama.. tp “keimanananny”..

    baca2, keturunan2 Rasullullah sengaja di stop Allah biar g disalah gunakan y bro..?

  6. amisha says:

    subhanallah..

  7. Maskur says:

    Oooo udah ganti judulnya yah..
    Kemarin baca sekilas….agak bertanya2 “imam ali” itu siapa?
    Baru ngeh itu sebutan kaum Syiah..untuk Ali…

    • iyo tak ganti.. revisi. soale ane ditanya ttg syiah, baru nyadar liat judulnya lagi.. 🙂
      padahal gak sngja dan gak tau soal itu..
      tuh komentnya dibawah..

  8. Anonymous says:

    iya benar Usman menikah dengan anak Nabi saw tetapi Ruqayah dan Ummi Kultsum menurut riwayat bukanlah anak kandung dari Nabi saw tetapi anak Khadijah dari suami yg terdahulu…jika kita telaah lebih jauh,jika mereka anak dari Nabi saw,mengapa Nabi tidak mendoakan mereka ketika menikah dan berdoa hanya kpda Ali dan Fathimah supaya keturunan beliau dari mereka berdua….dan 1 lagi,..beginilah riwayat tentang anak2 Nabi saw Ruqayah dan Ummu Kultsum…..Nabi saw hanya memiliki anak dari Khadijah dan Mariam al qibtiyah..

  9. Anonymous says:

    maaf saya mau menambahkan bahwa panggilan Imam Ali itu bukan khusus untuk kaum Syiah saja,kaum Sunni juga memanggil sahabat Nabi saw ini dengan sebutan Imam…para ulama Ahlus sunnah wal jamaah juga memanggil beliau dengan sebutanImam,,itulah kelebihan dan keistimewaan Imam Ali diantar para sahabat lain…coba lihatlah buku sejarah Islam…

  10. asdin says:

    nabi muhammad adalah nabi terakhir,ali, usman, umar dll adalah sahabat nabi muhammad

  11. abu fadel abbas says:

    allahumaa sholiala muhammad wa aliy muhammad wa ajil farojahum

  12. qisthy amalia says:

    subhanallah,,,mksh kak atas infonya,,saya tambah cinta dengan ahlul bait.

  13. nisyaicha says:

    pasangan favorit saya 🙂

  14. Muhammad Irfan says:

    Sunni dan Syiah adalah mazhab terbesar dalam Islam, Pasti tetap ada org yang keliru/berlebihan dalam pemahamannya (Syiah Ghulat, Wahabi dll). tetapi Eksistensinya tetap Islam…. Jgn Pernah Salahkan pemahaman seseorang sebelum kita tau dalilnya dengan nyata, bukan sekedar denger atau baca sekilas dari internet.

    Rasul masih mempunyai keturunan dari rahim Fatimah As sampai hari Kiamat datang.

    Pernikahan tersebut menunjukkan pada kita bahwa harta bukan segalanya, tapi Allah Pasti Akan mempersatukan dua Insan yang bertaqwa sesuai ketaqwaannya.

  15. Anonymous says:

    Mksih kak, infonya sngt meng’inspirasi pembaca, smg bs brmanfaat, 😉

  16. Indra Ganie says:

    Sejumlah doa, semoga Allah SWT mengabulkan, antara lain semoga tuhan mempercepat kebangkitan kaum Muslim, memulihkan kejayaan kaum Muslim, melindungi kaum Muslim dari kesesatan – terutama melindungi kaum Muslim dari kemurtadan, memberi kaum Muslim tempat yang mulia diakhirat – terutama mempertemukan kita di surga dengan Nabi Muhammad Shallahu’alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka wassallam, juga bertemu dengan keluarga besar beliau, serta bertemu dengan para sahabat beliau. Aamiin yaa rabbal ‘alamiin.

    A’udzubillaahiminasysyaithaanirrajiim

    Bismillaahirrahmaanirrahiim

    Alhamdulillaahi rabbil ‘alamiin,
    Arrahmaanirrahiim
    Maaliki yaumiddiin,
    Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin,
    Ihdinashirratal mustaqiim,
    Shiratalladzina an’amta alaihim ghairil maghduubi ‘alaihim waladhaaliin

    Aamiin

    Bismillaahirrahmaanirrahiim

    1. Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin, hamdan yuwaafi ni’amahu, wa yukafi mazidahu, ya rabbana lakal hamdu. Kama yanbaghi lii jalaali wajhika, wa ‘azhiimi sulthaanika.

    2. Allaahumma shalli ‘alaa Sayyidinaa wa Maulaanaa Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummmatihi ajma’iin. Shalaatan tunjinaa bihaa min jamii’il-ahwaali wal aafaat. Wa taqdhii lanaa bihaa jamii’al-haajaat. Wa tuthahhiruna bihaa min jamii’is-sayyi-aat. Wa tarfa’unaa bihaa ‘indaka a’lad-darajaat. Wa tuballighuna bihaa aqshal-ghaayaati min jamii’ilkhairaati fil hayaati wa ba’dal mamaat.

    Ya Allaah, limpahkanlah shalawat kepada junjungan dan pemimpin kami Muhammad, keluarganya, sahabatnya dan umatnya, shalawat yang dengannya kami selamat dari semua ketakutan dan bencana, dan Engkau sucikan kami dari semua kejahatan, Engkau angkat kami ke derajat yang tinggi di sisiMu, dan Engkau sampaikan semua cita-cita kami berupa kebaikan-kebaikan dalam hidup maupun sesudah mati.

    3. Allaahumma shalli wa sallim wa barik ‘alaa nuuril anwaar. Wa sirril asraar. Wa tiryaqil-aghyaar. Wa miftaahil baabil yasaar. Sayyidinaa wa Maulaanaa Muhammadanil-mukhtaari wa aalihil-ath-haari wa ash-haabihil akhyaar. ‘Adada ni’amillaahi wa afdhaalih.

    Ya Allaah, limpahkanlah shalawat, salam dan berkah atas cahaya di antara segala cahaya, rahasia di antara segala rahasia, penetral duka, dan pembuka pintu kemudahan, junjungan dan pemimpin kami Muhammad, manusia pilihan, juga kepada keluarganya yang suci dan sahabatnya yang baik, sebanyak jumlah kenikmatan Allah dan karuniaNya.

    4. Allaahumma shalli shalatan kaamilah. Wa sallim salaaman taamman ‘alaa Sayyyidina wa Maulaana Muhammadanil-ladzii tanhallu bihil-‘uqad. Wa tanfariju bihil-kuruub. Wa tuqdhaa bihil hawaa-iju wa tunaalu bihir-raghaa-ibu wa husnul-khawaatim. Wa yustasqal-ghamaamu biwajhihil-kariim. Wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi fii kulli lamhatin wa nafasin bi’adadi kulli ma’luumin laka.

    Ya Allaah, limpahkanlah shalawat yang sempurna dan salaam yang sempurna pula, kepada junjungan dan pemimpin kami Muhammad, yang dengan beliau itu Engkau lenyapkan kesusahan, Engkau tunaikan segala kebutuhan, dan diperoleh segala keinginan dan akhir hidup yang baik, serta diberi minum dari awan berkat wajahMu yang mulia. Juga kepada keluarganya, sahabatnya dan umatnya dalam setiap kejapan mata dan tarikan nafas, sebanyak jumlah pengetahuan yang Engkau miliki.

    5. Allaahumma shalli ‘alaa Sayyidina wa Maulaana Muhammadinil-habiibil-mahbuub. Syaafil ‘ilali wa mufarrijil-kuruub. Wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummmatihi wa barik wa sallim.

    Ya Allaah, limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan dan pemimpin kami Muhammad, kekasih dan yang dikasihi, (dengan izin Allah) penyembuh penyakit dan pelepas kesusahan, serta kepada keluarga, sahabat dan umatnya.

    6. Allaahumma shalli wa sallim wa barik ‘alaa Sayyidina wa Maulaanaa Muhammadin fil-awwaliin. Wa shalli wa sallim wa barik ‘alaa Sayyidina wa Maulaanaa Muhammadin fil-aakhirin. Wa shalli wa sallim wa barik ‘alaa Sayyidina wa Maulaanaa Muhammadin fin-nabiyyiin. Wa shalli wa sallim wa barik ‘alaa Sayyidina wa Maulaanaa Muhammadin fil-mursaliin. Wa shalli wa sallim wa barik ‘alaa Sayyidina wa Maulaanaa Muhammadin fil mala-il a’laa ilaa yaumid-diin. Wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummmatihi ajma’iin.

    Ya Allaah, limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan dan pemimpin kami Muhammad di kalangan orang-orang terdahulu. Limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan dan pemimpin kami Muhammad di kalangan orang-orang kemudian. Limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan dan pemimpin kami Muhammad di kalangan para nabi. Limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan dan pemimpin kami Muhammad di kalangan para rasul. Limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan dan pemimpin kami Muhammad di kalangan para arwah hingga hari kemudian, serta kepada keluarga, sahabat dan umatnya.

    7. Allaahumma shali wa sallim wa barik ‘alaa Sayyidina wa Maulaana Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi ‘adada in’aamilahi wa ifdhaalih.

    Ya Allaah, limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan dan pemimpin kami Muhammad, keluarganya, sahabatnya, umatnya sebanyak jumlah nikmat Allah dan karuniaNya.

    8. Allaahumma innaa nas’aluka salaamatan fiddiini waddun-yaa wal akhirati wa ’aafiyatan fil jasadi wa ziyaadatan fil ‘ilmi wabarakatan firrizqi wa taubatan qablal mauti, wa rahmatan ‘indal mauti, wa maghfiratan ba’dal maut. Allahuma hawwin ‘alainaa fii sakaraatil mauti, wannajaata minannaari wal ‘afwa ‘indal hisaab.

    Ya Allaah, sesungguhnya kami memohon pada-Mu keselamatan dalam agama, dunia, akhirat, kesejahteraan/kesehatan jasmani, bertambah ilmu pengetahuan, rezeki yang berkat, diterima taubat sebelum mati, dapat rahmat ketika mati dan dapat ampunan setelah mati. Ya Allah, mudahkanlah kami pada waktu sekarat dan selamatkanlah kami dari api neraka serta kami mohon kemaafan ketika dihisab.

    9. Allaahuma inna nas’aluka ridhaka waljannata wana’uudzubika min shakhkhatika wannaar.

    Ya Allaah, sesungguhnya kami mohon keridhaan-Mu dan sorga, kami berlindung kepada-Mu dari kemurkaan-Mu dan siksa neraka.

    10. Allaahumma inna nas aluka husnul khaatimah wa na’uudzubika min suu ul khaatimah.

    Ya Allaah, sesungguhnya kami memohon pada-Mu akhir yang baik dan berlindung dari akhir yang buruk.

    11. Ya Allaah, terimalah amal saleh kami, ampunilah amal salah kami, mudahkanlah urusan kami, lindungilah kepentingan kami, ridhailah kegiatan kami, angkatlah derajat kami dan hilangkanlah masalah kami.

    12. Ya Allaah, tetapkanlah kami selamanya menjadi Muslim, tetapkanlah kami selamanya dalam agama yang kau ridhai – Islam, tetapkanlah kami selamanya menjadi umat dari manusia yang paling engkau muliakan – Sayyidina wa Nabiyyina wa Maulaanaa Muhammad Shallahu’alihi wa alihi wa shahbihi wa ummatihi, wa baraka wassallam.

    13. Ya Allaah, percepatlah kebangkitan kaum Muslim. Pulihkanlah kejayaan kaum Muslim, Lindungilah kaum Muslim dari kesesatan terutama kemurtadan. Berilah kaum Muslim tempat mulia di akhirat.

    14. Ya Allaah, jadikanlah Indonesia dan dunia Muslim tetap dimiliki kaum Muslim. Jadikanlah Indonesia dan dunia Muslim baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur. Jadikanlah dunia non Muslim dimiliki kaum Muslim. Jadikanlah musuh Islam ditaklukan orang Islam.

    15. Ya Allaah, dengan hak yang kau berikan pada Surah al-Fatihah dan shalawat, salam dan berkah semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shallahu’alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka wassalam, kami mohon segala hal yang terbaik, segala hal yang terindah bagi semesta – khususnya kami, keluarga kami dan seluruh kaum Muslim.

    15. Rabbanaa aatinaa fiddun-yaa hasanataw wa fil aakhirati hasanataw wa qinaa ‘adzaabannaar

    Tuhan kami, berilah kami kebahagiaan di dunia dan kesejahteraan di akhirat, dan hindarkanlah kami dari siksaan neraka.

    16. Rabbanaa taqabbal minna innaka antassamii’ul aliimu wa tub’alainaa innaka antattawwaaburrahiim. Washshalallaahu ‘alaa sayyidina wa nabiyyina wa maulaanaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka wassalaam.

    Tuhan kami, perkenankanlah do’a-do’a kami, karena sesungguhnya Engkau Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau Maha Menerima taubat dan Maha Penyayang. Shalawat, salam dan berkah semoga dilimpahkan kepada junjungan dan pemimpin kami Muhammad s.a.w, atas keluarganya, sahabatnya dan umatnya semuanya.

    17. Subhana rabbika rabbil ‘izzati, ‘amma yasifuuna wa salamun ‘alal anbiyaa-i wal mursaliin, walhamdulillahirabbil ‘alamiin.

    Aamiin yaa rabbal ‘aalamiin.

Please leave a comment, thanks..